Jumat, 06 Agustus 2010

Surat untuk yg pernah tersakiti


Teruntuk seseorang yang pernah ku sakiti.
Teruntuk seseorang yang kecewa dengan tingkahku selama ini, untuk dia yang terus berdiam diri, untuk seseorang yang pernah mengisi namanya dihatiku ini.


Assalamu’alaikum wahai engkau yang pernah tersakiti,
Lama kita tidak saling mengirim kabar, teramat lama juga kita membangun luka antara sesama kita. Maafkanlah aku yang terus kecewa, maafkan aku yang begitu posesif ingin melindungimu namun aku tak pernah mengerti cara yang dewasa yang kau anggap baik untuk melindungimu. Maafkanlah aku yang tak pernah dewasa dalam mengambil sikap.
Teramat lama aku ingin segera mengakhiri perang dingin ini. Teramat lama aku ingin kita kembali berteman seperti dulu lagi, tanpa harus ada makian antara aku dan kamu. Teramat lama dan telah teramat sesak aku menunggu waktu yang tepat untuk mengucapkan kata maaf ini. Maka maafkanlah aku.
Apakah engkau harus terus memegang kata: tidaklah mudah untuk memaafkan.
Bukankah Tuhan saja Maha Pemaaf, namun mengapa aku atau engkau tidak mampu memaafkan? Sudah menjadi tuhan-tuhan kecilkah kita?
Atau memang engkau telah memaafkan segala kesalahanku? Namun mengapa telah terputus tali silaturahmi diantara kita?
Jangan seperti itu. Sungguh jangan seperti itu. Janganlah begitu mudah memutuskan sesuatu yang berat, janganlah begitu mudah membenci sesuatu. Hal yang engkau anggap ringan itu sebenarnya adalah sesuatu yang berat di mata Allah. “Dan janganlah kebencianmu pada suatu kaum membuatmu berlaku tidak adil.
Masih ingatkah engkau suatu kisah, dimana engkau bercerita: “Aku pernah memiliki seekor domba, dulu domba itu begitu kusayang. Kemana aku pergi domba itu mengikutiku, dan kemana domba itu beranjak akupun mengikutinya. Namun suatu hari aku amat begitu buruk dan membencinya, domba itu mulai sering mengomel. Dia mengoceh betapa aku harus lebih sering mandi, dia terus berkelakar bahwa tidak baik jika aku tidak mandi. Dia mulai sering mengkritikku. Aku marah. Aku ku tinggalkan domba itu sendiri. Tidak peduli dia mau mati atau terisak nangis sendiri. Bahkan domba itu mulai membentak bahwa selama ini aku tidak ikhlas menemaninya, padahal aku ikhlas.
Dan aku pun tersenyum mendengar kisahmu. Aku pun berkata, “Mengapa tidak kau temani lagi dombamu yang sedang merajuk itu?
Kau pun ketus menjawab, “TIDAK! Dia bukan dombaku!
Tahukah engkau wahai seseorang yang pernah ku sakiti, aku pun kini merasakan apa yang dialami oleh domba itu. Terlalu sakitkah dirimu sehingga engkau begitu membenciku dan menjadikan aku laksana domba dalam ceritamu?

Jangan seperti itu. Sungguh jangan seperti itu. Janganlah engkau seperti Yunus ketika meninggalkan kaumnya karena kemarahannya akibat kezaliman kaumnya dan Allah pun memperingatkan Yunus, “Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit.
Dulu kita pernah berteman baik sekali, hingga aku pun mengerti kapan kau akan sakit dalam tiap-tiap bulanmu. Dulu engkau begitu pengasih, hingga tahu betapa aku menginginkan sesuatu dan engkaupun memberikannya. Dulu, kita berdua begitu baik.
Namun mengapa setelah datang kebaikan, timbul keburukan?
Sedari awal, aku telah memaafkanmu. Bahkan aku merasa, kesalahanmu di mataku adalah akibat salahku. Aku yang memulai menanam angin, dan aku melihat badai di antara kita. Badai dingin yang amat begitu menyesakkan. Paling tidak untukku.
Jangan takut jika engkau khawatir perasaan cinta yang dulu melekat akan kembali timbul. Aku bukanlah seorang baiquni seperti yang dulu lagi. Aku telah mengubah sudut pandangku tentang seseorang yang layak aku cintai. Aku sekarang sedang mencari bidadari.
Ingin aku bercerita kepadamu, kandidat-kandidat bidadariku.
Mengapa setelah habis cinta timbul beribu kebencian. Mengapa tidak mencoba membuka hati untuk seteguk rasa maaf. Jujur, bukan dirimu saja yang tersakiti, namun aku juga. Namun aku mencoba membuang semua sakit yang begitu menyobek hati. Andai engkau tahu wahai engkau yang pernah kusakiti.
Pernahkah engkau menangis karenaku seperti aku menangis karenamu? Seperti aku terisak dihadapanmu. Pernahkah?
Mungkin dirimu telah menemukan seseorang yang begitu engkau sayangi. Seseorang yang mampu membangkitkan hidupmu lagi, tetapi aku? Pernahkah engkau berpikir betapa hal yang engkau lakukan terhadapku begitu berdampak laksana katrina. Bahkan setelah itu aku masih memaafkanmu, bahkan aku menunduk memintamu memaafkan aku.
Sudah menjadi tuhan kecilkah dirimu? Bahkan Tuhan saja memaafkan.
Tahukah wahai engkau yang pernah tersakiti, betapa aku meneteskan air mata saat menulis ini. Betapa aku seolah pendosa laksana iblis yang terkutuk. Apakah engkau mengerti apa yang kurasakan? Mengertikah dirimu?
Tak pernah ada manusia yang luput dari suatu kekhilafan. Tidak aku, tidak juga kamu wahai engkau yang pernah tersakiti. Maka, bukalah pintu maafmu itu.
Untuk surat ini, untuk kekhilafanku yang lampau, untuk kenangan yang membuatmu sakit, untuk segala sesuatu tentang kita, aku minta maaf.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

sumber:dudung net
.:LANJUT BACA>>Surat untuk yg pernah tersakiti

Rabu, 04 Agustus 2010

Alasan HAMAS Memenangkan Perang Gaza

Laporan Perjalanan Ust. Hilmi Aminudin (Ketua Majlis Syuro DPP PKS) dari Palestina

Sadarkah antum bahwa berita yang kita dapatkan dalam siaran berita di televisi maupun lembaran koran seluruh dunia seputar perang Gaza rata-rata banyak sekali yang mengekspos penderitaan bangsa Palestina. Di sisi lain sering kali kita perhatikan ditampilkannya kabar bahwa seolah-olah Israel telah berhasil menang dalam peperangan yang mereka kobarkan di Gaza. Kita berhusnudzan, barangkali apa yang dilakukan media adalah cara mereka dalam memberi dukungan bagi rakyat Palestina. Semakin nampak penderitaan bangsa Palestina di hadapan dunia, maka otomatis akan semakin membangkitkan semangat pembelaan bagi rakyat Palestina.

Namun nampaknya jarang sekali kita dengar kabar yang menggembirakan atas bangsa Palestina selama perang 22 hari di Gaza. Tahukah antum bahwa ternyata banyak sekali Allah turunkan pertolongan- Nya bagi rakyat Palestina selama perang 22 hari itu. Apa yang akan saya ceritakan berikut tidak banyak diekspos oleh media. Entah kenapa, atau mungkin karena apa yang mereka dapatkan bukan berasal dari sumber utama para tentara pejuang kemerdekaan Palestina (brigade izzudin al-qassam dan HAMAS).

Dalam salah satu acara malam penggalangan dana untuk Palestina, Ust. Hilmi Aminudin bercerita tentang pengalaman beliau ketika mengantarkan rombongan para penyalur bantuan dari rakyat Indonesia langsung ke pemerintah HAMAS di Palestina. Alhamdulillah saya beruntung dapat mendengarkan cerita beliau secara langsung, dan kemudian saya ceritakan kembali pada teman-teman semua.

Selama kunjungannya di Palestina, Ust. Hilmi disambut langsung oleh para petinggi HAMAS. Beliau disambut di perbatasan Raffah-Mesir. Beliau beserta rombongan tidak diizinkan masuk ke Gaza oleh pemerintah Mesir dengan alasan keamanan. Oleh karena itu, para petinggi HAMAS tersebut yang akhirnya menghampiri perbatasan untuk melakukan dialog. Ust. Hilmi beserta rombongan pada waktu itu membawa dana segar hasil pengumpulan dana dalam demonstrasi- demonstrasi yang dilakukan bangsa Indonesia selama agresi Israel berlangsung.

Alhamdulillah, total dana yang diberikan adalah sebesar 2 juta US dollar.
Seolah sambil sedikit bercanda, Ust. Hilmi mengatakan bahwa uang yang terkumpul tersebut merupakan infaknya ‘minal fukhoro wal masakin’ (infaknya orang-orang fakir dan miskin). Maksudnya tentu bukan merendahkan yang memberikan infak itu.

Melainkan memberi gambaran bahwa jika uang yang dikumpulkan dari hasil demontrasi jalanan saja bisa sampai terkumpul 2 juta dollar, maka apalagi jika sudah melibatkan para agnia dan pengusaha? InsyaAllah dijamin jumlahnya akan berlipat lebih besar lagi.

Dalam dialog yang berlangsung bersama para pemimpin HAMAS tersebut, Ust.Hilmi banyak mendapatkan cerita kondisi yang sebenarnya dialami oleh para tentara al- qassam. Subhanallah. .. ternyata Allah telah banyak menurunkan pertolongan dan lindungan-Nya selama perang berlangsung. Sangat banyak hal yang secara akal tidak lah mungkin terjadi. Pertama, secara kesenjataan, sudah sangat jelas bahwa perbandingan kekuatan persenjataan antara HAMAS dan Israel sangatlah jauh berbeda. Dalam sistem pertahanan kesenjataan, Israel menempati urutan keempat di dunia setelah Amerika Serikat, China, dan Inggris. Ini pun masih belum termasuk dengan bantuan militer yang diberikan Amerika Serikat untuk mendukung persenjataan selama perang Gaza.

Menurut salah satu sumber, disebutkan bahwa untuk perang Gaza, Amerika telah menyuplai persenjataan sebanyak lebih dari 60.000 ton. Bantuan itu dikirim dalam ratusan buah kontainer besar. Bantuan senjata ini dipercaya sebagai suplai senjata yang terbesar sepanjang sejarah persekongkolan Amerika-Israel. Maka coba bandingkanlah dengan HAMAS hanya mempersenjatai diri mereka dengan roket-roket berdaya jelajah menengah dengan daya rusak yang tidak terlalu besar.

Kedua, jika dilihat dari besarnya pasukan, HAMAS hanya memiliki sekitar 15.000 personil. Sedangkan Israel memiliki 130.000 tentara aktif dan lebih dari 400.000 tentara cadangan. Ketiga, dari segi medan pertempuran, Gaza adalah kota yang terisolir. Sekelilingnya dibatasi oleh tembok-tembok blokade sepanjang lebih dari 750 KM dengan tinggi 8 meter, dan di setiap 10 meternya telah siap tentara Israel di atas pos blokade yang siap menembak mati siapapun warga Palestina yang mencoba mendekati tembok blockade tersebut. Segala hal hampir membuat tidak masuk akal bagi pejuang Palestina untuk memenangkan pertempuran.

Beberapa hari ke belakang kita menyaksikan sama-sama berita yang menceritakan aksi perayaan kemenangan yang dilakukan warga Palestina baik yang di jalur Gaza maupun di tepi Barat. Bagi sebagian orang barangkali merasa heran, kemenangan macam apakah itu? Bukankah sudah lebih dari 1.200 orang menemui syahid, 5.000 lebih orang luka-luka, 13 masjid dibom, ribuan rumah hancur, jalan dan sarana publik hancur total. Apakah ini yang disebut dengan kemenangan? hal ini lah yang tidak kita ketahui kebenaran yang sesungguhnya.

Setidaknya ada beberapa alasan yang membuat Palestina memenangkan pertempuran.
Para petinggi HAMAS itu bercerita, sebenarnya serangan yang dilakukan Israel awalnya direncakan hanya dalam 3 hari saja. Pertama kali mereka menyerang melalui serangan udara pada tanggal 27 Desember 2008, seharusnya menurut pemikiran mereka, akan dapat menguasai sepenuhnya Gaza dalam waktu tiga hari saja (29 desember 2008). Mereka berencana hanya akan melakukan serangan udara selama 3 hari, tanpa serangan darat, lalu pada tanggal 30-31 Desember 2008 mereka akan melakukan persiapan perayaan kemenangan dan perayaan tahun baru di Gaza.

Dikabarkan juga pada akhir tahun 2008 tersebut, sebagian tamu undangan yang rencananya akan menghadiri perayaan kemenangan Israel atas Gaza sudah bersiap di perbatasan untuk selanjutnya dapat memasuki Gaza. Tapi ternyata apa yang mereka dapatkan sangat jauh dari apa yang mereka bayangkan. Justru perlawanan yang sangat sengit dari pejuang HAMAS lah yang mereka dapatkan.

Hal ini akhirnya memaksa zionis Israel untuk melakukan serangkaian serangan sporadis ke seluruh target. Pertempuran yang awalnya hanya diperkirakan akan dimenangkan Israel dalam waktu tiga hari, ternyata meleset sangat jauh dari target.

Setelah perang melewati 10 hari serangan, tentara Israel mulai kehilangan konsentrasi dan fokus serangan. Sehingga serangan yang awalnya ditargetkan untuk menghancurkan basis-basis perlawanan HAMAS, akhirnya mulai berubah menjadi target rakyat sipil. Tentara Israel mulai kehilangan arah sasaran.

Mereka tidak tahu lagi target mana yang harus mereka hancurkan. Dan ternyata, target-target bangunan yang Israel klaim di media merupakan basis HAMAS, pada kenyataannya itu tidak lain hanyalah bangunan yang kosong tidak berpenghuni, atau bahkan malah target fasilitas publik dan sipil. Jika kita perhatikan berita di media asing, Israel selalu berkilah bahwa target sipil yang mereka hancurkan itu karena HAMAS sering menjadikan tempat-tempat macam itu sebagai tempat perlindungan dan gudang persenjataan. Padahal yang sebenarnya itu dilakukan Israel tidak lain hanya karena sudah bingung dan tidak tahu lagi target serangan.

Kemudian salah satu pejabat HAMAS tersebut melanjutkan ceritanya kepada Ust. Hilmi. Beliau menambahkan, bahwa ternyata pihak Israel sebelumnya telah mempersiapkan pasukan elite mereka untuk berlatih sebelum serangan dilakukan. Jadi apa yang mereka lakukan itu tentunya bukan dilakukan dengan spontan, melainkan sudah melalui perencanaan yang matang. Para pasukan khusus itu dilatih di sebuah tempat yang kondisinya dibuat persis sama seperti keadaan di kota Gaza. Mulai dari bangunan, jalan-jalan, bahkan sampai gang-gang sempit, semuanya dibuat mirip seperti kota Gaza. Ini diharapkan ketika mereka melakukan serangan darat, maka sudah dapat mengetahui medan pertempuran dengan sebaik- baiknya. Tetapi ternyata apa yang mereka dapatkan setelah terjun langsung ke medan pertempuran yang sebenarnya? Ternyata apa yang mereka dapatkan sungguh berbeda menurut pandangan mereka. Target yang awalnya sudah mereka rencanakan dan dicurigai merupakan tempat persembunyian tentara pejuang Palestina ternyata tidak pernah mereka temukan. Ketika mereka masuk ke bangunan atau rumah yang awalnya mereka curigai sebagai markas, ternyata tidak lain hanyalah sebuah rumah biasa milik penduduk sipil.

Barangkali kita bertanya-bertanya dalam benak kita semua. Bagaimana mungkin HAMAS tetap bisa menggalang kekuatan. Padahal sekeliling kota Gaza sudah diblokade dengan tembok-tembok raksasa dan pos penjagaan di tiap perbatasan.

Dari mana mereka mendapatkan suplai untuk persenjataan mereka? Di luar dugaan, ternyata roket-roket yang dibuat HAMAS itu terbuat dari barang-barang bekas.

Rangka roketnya terbuat dari bekas tiang listrik, kabel-kabel sambungan detonatornya terbuat dari kabel yang ada di rumah-rumah warga, bahan bakar roketnya terbuat dari gula, dan hulu ledaknya terbuat dari kimia sederhana yang mereka racik sedemikian rupa. Selain itu, suplai bahan baku senjata juga mereka dapatkan melalui ratusan terowongan yang mereka buat yang melintasi perbatasan.

Israel mengklaim bahwa mereka telah berhasil menghancurkan banyak terowongan yang sering dimanfaatkan warga Gaza untuk transfer barang dari dan ke kota Gaza. Tetapi yang perlu kita ketahui adalah ternyata apa yang berhasil Israel hancurkan itu hanya 200 terowongan dari total terowongan yang berjumlah 800 buah. Jadi setidaknya masih ada 600 terowongan yang tersisa dan belum hancur.

Adapun terowongan yang sudah hancur tersebut, pihak HAMAS menyebutkan bahwa mereka akan selesai memperbaikinya kembali hanya dalam 3 bulan.

Secara fisik, mungkin HAMAS lah yang paling banyak menderita kerugian. Namun ini sama sekali bukanlah indikasi kekalahan HAMAS. Justru Israel lah yang kalah! Betapa tidak, HAMAS telah membuat perlawanan yang sangat sengit sehingga Israel melewati target lama pertempuran yang telah direncanakan, dan akhirnya mundur dari Gaza tanpa syarat apa pun. Ingat… tanpa syarat apapun!!! Justru pihak Israel lah yang pertama kali mengumumkan gencatan senjata sepihak, sementara pada saat itu HAMAS sama sekali menolak gencatan senjata dan terus memberi perlawanan. Bahkan menurut kabar, lima menit sebelum Israel mengumumkan gencatan senjata, HAMAS masih meluncurkan roketnya ke wilayah Israel. Secara tersirat, HAMAS seolah ingin memberikan ancaman pada Israel bahwa perlawanan mereka tidak pernah berhenti sedikit pun dan kondisi persenjataan mereka masih dalam kondisi prima. Perlu ditambahkan juga bahwa selama perang Gaza, HAMAS telah meluncurkan sekitar 900 roket, dan itu tidak lebih hanya 1 % dari total jumlah roket yang mereka miliki.

Lebih jauh lagi, salah satu pejabat HAMAS tersebut menyampaikan bahwa mereka sama sekali tidak membutuhkan kiriman pasukan mujahid dari negara mana pun.

Beliau mengatakan, “kami hanya kehilangan 48 orang mujahid selama perang berlangsung, dan masih punya belasan ribu pasukan yang lain.” Melalui Ust.

Hilmi, para pejuang HAMAS ingin mengucapkan rasa terimakasih dan rasa bangga yang sebesar-besarnya atas apa yang telah diupayakan rakyat Indonesia. HAMAS berharap bahwa kalaupun ada yang ingin memberikan bantuannya kepada Palestina, maka berikanlah bantuan itu dalam wujud bantuan kemanusiaan berupa makanan, minuman, obat-obatan, pakaian, atau uang tunai. Karena sesungguhnya itu yang lebih mereka butuhkan daripada mengirimkan bantuan pasukan jihad.

InsyaAllah.. . apa yang telah kita upayakan bersama ini untuk membantu rakyat Palestina bukanlah yang terakhir kali. Masih akan datang lagi bantuan-bantuan berikutnya. Pendistribusian bantuan yang dilakukan secara bertahap dan tidak sekaligus memang bukan tanpa alasan. Ini dikarenakan pemerintah Mesir yang berbatasan langsung dengan Gaza tidak mau untuk memberikan izin masuk Gaza jika dilakukan secara besar-besaran. Salah satu pihak pejabat Mesir mengatakan bahwa mereka tidak mau ambil risiko dengan pihak Israel. Sehingga hal ini membuat kita untuk secara bertahap dan sedikit-sedikit dalam menyalurkan bantuan ke Gaza.

Barangkali perlu juga menjadi catatan bagi kita, bahwa ternyata aksi-aksi yang kita lakukan selama ini ternyata adalah aksi terbesar di selurh dunia.

Di saat saudara-saudara kita di belahan dunia lain harus dikejar-kejar polisi dan dijaga ribuan aparat setiap melakukan aksi solidaritas, lain halnya dengan apa yang kita lakukan di Indonesia. Semangat pembelaan terhadap bangsa Palestina harus terus kita gelorakan di bumi manapun kita berada. Jangan pernah berhenti hingga yahudi laknatullah itu pergi dari bumi jajahan mereka, dan Palestina terbebaskan sepenuhnya dari cengkraman yahudi.

Allahu akbar!!!

Sumber:http://hafez.wordpress.com
.:LANJUT BACA>>Alasan HAMAS Memenangkan Perang Gaza

Senin, 14 Desember 2009

GDLN

Peluncuran GDLN Indonesia dan Horizon Baru
Ditulis oleh Irwandi
Thursday, 10 July 2008
Rabu, 9 Juli, adalah hari yang sangat menggembirakan bagi dunia pendidikan, terutama pendidikan tinggi. Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA, di dampingi oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, dr. Fasli Jalal, Ph.D dan Direktur Komunikasi World Bank untuk kawasan Asia Fasifik, Mr. Peter Stephens melakukan Video Tele Conference dalam rangka peluncuran GDLN Indonesia (The Launch of Indonesia Global Development Network).
Vicon ini teristimewa, karena diikuti juga oleh Sekretaris Jenderal ASEAN, Dr. Surin Pitsuwan dari kantor World Bank Manila dan Deputi menteri Pendidikan Vietnam, Mr. Tran Van Nhung dengan penuh antusias. Serta lima Universitas di Indonesia, yaitu Universitas Syiah Kuala, Aceh; Universitas Udayana, Bali; Universitas Tadulako, Palu; Universitas Hasanuddin; dan Universitas Papua.

Peluncuran ini adalah rangkaian dari kegiatan pertemuan regional GDLN Asia Pasifik yang berlangsung 8-10 Juli 2008 dengan peserta dari 12 negara anggota GDLN. Duta besar Negara-negara sahabat yang tergabung dalam GDLN, lembaga-lembaga internasional, media massa, serta akademisi juga turut mengadiri pertemuan ini. Di dalamnya dibahas tentang berbagai program dan kerjasama internasional pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk peningkatan pendidikan tinggi khususnya, pembangunan dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya (pers depdiknas).

Peluncuran ini kita sebut menggembirakan, karena saat ini dengan dibukanya “Jalan Tol” GDLN yang menghubungkan seluruh jaringan inherent, perguruan tinggi Indonesia tidak hanya terkoneksi secara nasional, tapi terhubung ke seluruh jaringan Universitas dunia. Kalau selama ini GDLN di Indonesia sebagai proyek rintisan dikti (dibuka 2002) hanya ada di empat universitas Indonesia (UI, UNHAS, UNRI, dan Udayana), sekarang jumlahnya berlipat-lipat menjadi ratusan. Kata Mendiknas, GDLN Indonesia menjadi GDLN terbesar saat ini. Ke depan dalam konteks mendukung eksistensi dan keberlanjutan GDLN ini, Menteri juga menambahkan bahwa GDLN ini akan dijadikan sebagai Badan Layanan Umum (BLU).

Pada tahun 2008 ini bahkan akan bertambah 100 site lagi masuk dalam jejaring GDLN Indonesia ini. Saat ini saja yang tergabung dalam jejaring inherent adalah seluruh perguruan tinggi negeri yaitu 82 ditambah 12 Kopertis dan 150 perguruan tinggi swasta. Tentu saja ini adalah prestasi yang cukup membanggakan.

Ada beberapa hal mendasar menurut Dirjen Dikti, yang akan berubah dengan pemanfaatan jaringan ini. pertama adalah terjadi perubahan mindset pelaku pembelajaran, karena tersedianya multi sumber pembelajaran di mana-mana. Berubah dari Teaching kepada learning, di mana pengajar hanya sebagai fasilitator saja bagi peserta didiknya.

Kedua adalah terbukanya horizon atau cakrawala berfikir, karena melalui tatap muka virtual video tele conference akan terjadi saling belajar dan tukar menukar pengalaman, best practice, benchmark, antara perguruan tinggi Indonesia dengan perguruan-perguruan tinggi terbaik di luar negeri.

Horizon ini atau peluang ini seperti pernah disampaikan oleh Direktur Unesco Office Jakarta, bapak Dr. Hubert Gijzen tidak bertepi, the sky is the limit. GDLN sebagai jejaring TIK internasional dengan anggota lebih dari 80 negera itu, terutama bagi perguruan tinggi Indonesia bisa dimanfaatkan untuk media pembelajaran, dialog, seminar, konferensi antara perguruan tinggi Indonesia dan perguruan tinggi luar.

“Ke dalam (nasional) dengan jejaring ini segala kebijakan nasional langsung bisa disampaikan melalui video tele-conference, tanpa perlu lagi memanggil para pimpinan perguruan tinggi. Memanfaatkan jaringan ini juga terjadi kerjasama pembelajaran dan penelitian antara universitas, seperti yang dilakukan oleh APTIKOM dan Unhas”, kata Dirjen.

Bahkan, tambah Dirjen Dikti, jaringan ini tidak hanya akan memberi manfaat semata bagi perguruan tinggi, bahkan komunitas pendidikan lain dan tidak tertutup kemungkinan komunitas di luar pendidikan juga bisa memanfaatkannya. GDLN ini kata Dirjen, “connecting any corner of Indonesia to the World and bring the world to any corner of Indonesia”.

By Irwandi
.:LANJUT BACA>>GDLN